Seorang ulama dapat dikatakan
sebagai bulan yang menyinari bumi pada malam hari dengan ilmu-ilmunya. Bahkan
ada hadist yang mengatakan bahwa para ulama adalah pewaris dari para nabi untuk
terus mengajarkan ilmu agama kepada umat. Ketika para ulama telah meninggal
satu persatu maka akan hilang satu persatu juga cahaya umat. Tapi kabanyakan
sekarang para ulama menjadi sosok yang layaknya seperti selebritis, bukan lagi
seperti para ulama yang zuhud dan penuh dengan wibawa serta segudang ilmu yang siap
ditularkan kepada jamaahnya.
Sosok seorang ulama akan mudah
ditiru oleh para jamaahnya, baik itu sifatnya, perilakunya, dan bahkan
pemikirannya. Oleh sebab itu ulama sekarang menjadi pedang yang siap membelah
umat atau pedang yang terhunus dan menjadi senjata bagi umat islam untuk melawan
para-para musuh Islam. Ketika pemikiran ulama yang dangkal dan tidak sesuai
dengan Al-Qur’an dan Al-Hadist, kemudian dijadikan sebagai alasan pembenaran
diri oleh para jamaahnya, maka sungguh berbahaya apabila itu terjadi. Pemahanan
Al-Qur’an dan Hadist yang melampaui batas kemudian dengan seenaknya
mentafsirkannya dengan kehendaknya dan berdasarkan substantif, dan akan terjadi
pembodohan terhadap umat dengan tafsir-tafsir yang ia ciptakan, maka kemana
lagi umat akan berpegang dan mencari sosok panutan jika ulamanya saja seperti
itu. Terlebih lagi ulama tersebut
memiliki jamaah yang sangat banyak dan bahkan terkenal di suatu Negara, hal ini
bisa menjadi tumor yang siap merusak sel-sel keislaman dari dalam dan
menghancurkannya. Menjadi ulama bukan
suatu yang gampang, bahkan dapat dikatakan sangat berat. Tanggung jawab umat
ada di pundaknya. Tapi ketika ulama itu berbuat benar dan sesuai dengan aturan
Islam, namun bertentangan dengan kaidah norma yang berlaku di masyarakat,
seketika itu juga wibawa dari Sang Ulama akan luntur di mata masyarakat,
padahal perbuatannya atau perilaku yang ia lakukan sudah sangat tepat.
Sungguh umat begitu kehilangan,
jika seorang ulama yang bertaqwa, zuhud
dan penuh dengan wibawa telah pergi meninggalkan dunia, lalu digantikan sosok
yang hanya bertopengkan ulama. Sungguh sekali lagi cahaya lilin penerang umat
akan padam, sebagaimana yang disabdakan Rasulullah Saw.
“Orang-orang sholeh akan hilang satu per satu,
sehingga tinggallah orang-orang sampah seperti gandum dan kurma serta Allah SWT
sama sekali tidak mempedulikan keberadaan mereka.” (HR. Bukhari)
Umat membutuhkan sosok ulama yang
benar-benar ikhlas dalam berdakwah, tanpa adanya mengharap imbalan dari
manusia, melainkan mengharapkan keridhan Allah Swt. Sosok seperti ini sekarang
mulai menipis. Lalu ulama yang hanya mengajarakan ilmu agama sebagai mata
pencaharian semakin merebak, menyebar bagaikan jamur di musim, hujan. Benar
sekali perkataan Abul Qasim, “Ulama-Ulama dahulu selalu terjaga, sedangkan
rakyatnya tertidur. Merekalah yang membangungkan rakyat yang tertidur itu.
Sedangkan ulama-ulama zaman sekarang tidur, sedangkan rakyatnya mati. Bagaimana
mungkin orang yang tidur dapat membangunkan orang yang telah mati.
Semoga para ulama tersadar dan dapat
kembali memimpin umat pada jalur yang lurus dan berpegang teguh pada apa yang
telah diwariskan Rasulullah Saw. Al-Qur’an dan As-Sunnah. Semoga ulama-ulama
yang benar-benar bertaqwa kembali hadir untuk menerangi umat.